Mengapa kita masih bisa hidup, tegar mengarungi cobaan sampai sekarang, ?
Mengapa kita masih bisa berada di sini sampai saat ini, ?

Yup, ! Semua adalah karena karunia Allah swt kepada kita, di mana itu berarti Allah masih memberikan kesempatan buat kita untuk berbenah diri, introspeksi diri, dan yang pasti Allah masih memberikan kesempatan buat kita untuk bertobat, karena sebelum nafas berada di tenggorokan, berarti Allah masih menerima taubat dari hamba-hambaNya.

Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selama ruh belum sampai tenggorokan." HR: Ahmad 3/1532, 1330, at-Tirmidzi: 3537, dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib 3/218/3143 dan al-Misykaat: 2449, 2343).

Selain itu juga, hal ini berarti Allah masih memberikan kita kesempatan untuk menghirup segar udaraNya, menjelajahi luas indah duniaNya, juga mentafakkuri hidup juga kehidupan. Bahkan oleh Allah, kitapun dapat merasakan nikmat bahagianya kesuksesan.

Berbicara mengenai kesuksesan, banyak orang yang berpendapat bahwa kesuksesan diri itu tergantung dari diri kita sendiri, yang artinya diri kita jualah yang pada akhirnya akan menjadi penentu apakah kita mau sukses apa tidak, apakah kita akan berhasil atau tidak.

Namun, ada satu hal yang perlu kita cermati, yaitu bahwa hakikat manusia sebagai makhluk social, yang berarti manusia tidak akan pernah mampu untuk dapat berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan lingkungan sekitar (konteks kali ini adalah teman). Bukan menyalahkan pendapat di atas, hal itu memang benar adanya, keberhasilan kita memang ada di tangan kita, bukan di tangan teman kita, orang tua kita, guru kita, atau bahkan tetangga kita mungkin, tapi semuanya ada pada diri kita sendiri. Akan tetapi, hal itu tidak menjadikan kita kemudian lantas mengatakan bahwa kita tidak butuh teman, dan bukan teman, bukan orangtua, bukan pula guru kita yang telah menjadikan kita sukses, karena hakikat manusia adalah makhluk social.

Sehingga, yang kini akan menjadi pertanyaan adalah seberapa besar pengaruh teman/orang-orang di lingkungan kita terhadap keberhasilan kita.

Dari Abu Musa ra katanya: Nabi saw bersabda: perbandingan berkawan dengan orang baik dan orang jahat adalah seumpama berkawan dengan orang yang membawa minyak kasturi atau dengan tukang tiup dapur tukang besi; bersahabat dengan yang membawa minyak harum kadang-kadang anda diberinya /memberinya/mencium bau harum, sebaliknya yang bersahabat dengan tukang tiup dapur tukang besi kadang-kadang terbakar kainnya/mencium bau yang bsuk” (SHAHIH MUSLIM cetakan ke-III)

Dari hadist tersebut dijelaskan bahwa teman sangat berpengaruh bagi diri kita, apabila kita ingin menjadi orang yang baik, maka bertemanlah dengan orang-orang yan baik, begitupun sebaliknya. Akan berbeda hasilnya jika kita berteman dengan orang yang suka hura-hura dengan orang yang suka pergi ke masjid.

Namun, sebagai manusia yang dikaruniai akal oleh Allah swt, kita tentu bisa membedakan yang mana yang baik, yang mana yang tidak, dan tentunya dari keduanya, kita akan memilih yang baik. Ada satu alasan lain mengapa kita sebaiknya memilih teman-teman yang baik, yaitu bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa manusia itu akan terhitung ke dalam kelompok yang ia cintai. Dalam hadist yang lain, Rasulullahpun pernah bersabda bahwa kelak di hari kiamat manusia akan bersama dengan siapa yang mereka cintai.

Jadi, permasalahan memilih teman bukanlah permasalahan yang terbilang sepele. Karena teman juga dapat dikatakan sebagai penentu diri kita ke depannya. Kita yang sekarang akan tetap sama dengan kita di lima tahun mendatang kecuali 2 yang mempengaruhi, yaitu buku yang kita baca dan orang-orang di sekitar kita.

Sebelum berteman, pikirkanlah: untuk apa kita berteman dan apa orientasi pertemanan kita itu. Jangan pernah berharap untuk mendapatkan teman yang baik jikalau kita sendiri tidak pernah introspeksi diri kita sendiri, tapi walau begitu, jangan pernah berhenti untuk terus mencoba memberikan yang terbaik buat mereka.



Kandangan, 01 September 2009 ::: 16:50:33



di sini aku, ,

Y Allah jagalah hati hambamu ni, ,
Kini q b'diri t'paku

Bgitu rapuh
Bgitu goyah
Hingga t'sntak
Akan sesuatu
Yg ntah apa ak dapat menyebutnya
Menyergapku, ,
Tak p'nah kusadari
Akan kdtgannya
Hilang
Pergi
Datang
Kembali
Ntah apa pula mksudnya
PadaMu Y Rabb
Ku b'munajat
Dlam ramai sepinya dunia
Hiruk pikuknya hatiku, ,
Kuatkan hatiku, ,
Kutau blum saatx untk dtang ia menghampiriku, ,

Di sini, ,
Aku yg mash merangkak jg meraba akan dunia, ,
Y Allah, ,kuatkan hatiku ,
Dan biarkan ia datang,
Nanti, ,pada saatx jika ia tiba.

kerapuhan jiwa

Bukan ak yg mginginkanx tuk datang, ,
Bukan ak pula yg mengundangx untk hadir dlam p'jamuan hatiku , ,
Ak bhkan tak p'nah mgharapkanx hadir untk saat ni,
Saat hatiku mash dliputi kelabilan, ,
Saat hatiku mash blum mampu tuk mengatakan tidak pada abu abu, ,

Bahkan
Saat kakikupun blum mampu tuk b'jalan ato bhkan b'lari d atas tali itu, ,


Entah sjak kpan ia dtang, ,
Entah mgapa ia harus dtang, ,

Mengusikq, ,
Ahh, !
Tak p'nh q hendki ia dtg pdaku , stidaknya untk saat ni, d tgah kelabilan jiwaku

Haruskah q acuhkan, ?
Atau bhkan membuangx, ?
Dgan cara apakah q dpt lakukan itu, ?

Y Rabb, ,
Tlong pliharakanlah hati hambaMu ini, ,

Biarkan ia datang, ,
Nanti, ,
Saat jiwa dan hati ni benar2 matang untk ia singgahi